“LANDASAN TEORITIS
DAN HIPOTESIS DALAM PTK”
Makalah
ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“Metodologi
Penelitian Tindakan Kelas”
Disusun Oleh:
Kelas PAI.C/Kelompok 6
Azizah Akmalul U (210315101)
Diby Hanif Bachtiar (210315078)
Erlin Milasari (210315100)
Dosen Pengampu:
Dr.
Ju’ Subaidi, M.Ag.
JURUSAN PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTIUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO
MARET
2018
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan hal tersebut, dalam
rangka meningkatkan kualitas pendidikan pada generasi yang tinggi maka setiap
upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan perlu dilakukan melalui
penelitian. Penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Supaya penelitian dapat menghasilkan
informasi yang akurat, maka perlu menggunakan metode penelitian yang tepat.
Metode penelitian secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu metode.
Salah satu penelitian yang
menggunakan metode kuantitaif yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Di bidang
pendidikan, khususnya kegiatan pembelajaran, PTK berkembang sebagai suatu
penelitian terapan. PTK sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan mutu
proses dan hasil pembelajaran dikelas. Jadi dapat diartikan PTK merupakan suatu
penelitian yang mengangkat masalah-masalah actual yang dihadapi oleh guru di
lapangan. Dengan melaksanakan PTK, guru memiliki peran ganda, yaitu sebagai
paktisi dan peneliti. Berdasarkan uraian singkat diatas, maka dalam makalah ini
akan membahas tentang kerangka berpikir / paradigma dalam Penelitian Tindakan
Kelas dan Hipotesis Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
landasan teoritis Penelitian Tindakan Kelas?
2. Bagaimana
rumusan hipotesis Penelitian Tindakan Kelas?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teoritik Penelitian Tindakan Kelas
1.
Kajian
Teori
Teori adalah alur logika atau penalaran,
yang merupakan seperangkap konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara
sistematis. Secara umum fungsi dari teori adalah untuk:
a. Menjelaskan
(explanation) ruang lingkup variable-variabel yang akan diteliti.
b. Meramalkan
(prediction), yaitu menyusun hipotesis dan menyusun instrumen penelitian
c. Pengendalian
(control), yaitu membahas hasil penelitian dan memberikan saran.
Landasan teori adalah seperangkat definisi,
konsep, serta proposisi yang telah disusun dengan rapi serta sistematis tentang
variabel-variabel dalam sebuah penelitian. Dalam kajian teori dimuat
esensi-esensi hasil penelitian literatur yaitu berupa teori-teori. Uraian teori
yang disusun bisa dengan kata-kata penulis secara bebas dengan tidak mengurangi
makna teori tersebut, dapat juga dalam bentuk kutipan dari tulisan orang lain,
yaitu kutipan langsung tanpa mengubah kata-kata atau tanda bacaan, kemudian
dianalisis dibandingkan dan dikonstuksikan, teori-teori dan temuan-temuan itu
harus relevan dengan permasalahan penelitian yang akan dilakukan.
Landasan teori
akan menjadi dasar yang kuat dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan.
Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang
kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba, adanya landasan teori ini
merupakan ciri bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data. Kebenaran yang diperoleh dari penelitian tersebut karena ada acuan
disebut kebenaran koherensi, artinya terdapat relevansi dengan teori-teori yang
telah dikemukakan para ahli terdahulu.[1]
Dalam PTK, teori-teori yang relevan
dapat digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian, sebagai dasar
mengembangkan pedoman penelitian. Oleh karena itu, kajian teori memegang
peranan sangat penting dalam membangun kerangka pikir atau konsep yang akan
digunakan dalam penelitian. Kajian teori dapat berupa kutipan, definisi masalah
penelitian, dan temuan penelitian sebelumnya yang mengungkap teori, temuan, dan
penelitian lain yang relevan dan mendukung pilihan tindakan (treatment)
untuk memecahkan masalah PTK.[2] Di
dalam penelitian tindakan kelas, kajian teori sangat berguna sekali untuk :
a. Menjawab
permasalahan secara teoritis;
b. Menemukan
akar masalah;
c. Mengoperasikan
penelitian;
d. Merumuskan
jawaban sementara terhadap masalah; dan
e. Menemukan
metode yang paling tepat untuk menjawab dan memecahkan masalah.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam kajian teori, terutama berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut.
a. Kesesuaian
antara sumber dengan topik penelitian. Sumber yang dikaji hendaknya mendukung
pemecahan masalah dan mengandung isi serta menunjang teori yang akan ditelaah
atau dikembangkan.
b. Kekinian
(up to date). Sumber yang dikaji hendaknya aktual, terbaru, dan
mutakhir, tidak terbatas pada buku teks, tetapi menggali dari jurnal dan
internet.
c. Sumber
atau hasil itu dapat memberi arahan dalam mengidentifikasi maslah penelitian
dan operasionalisasinya. Oleh karena itu diperlukan penelusuran terhadap
hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan untuk dijadikan rujukan.[3]
2.
Penelitian
yang Relevan
Jika kita akan
menggunakan hasil penelitian seseorang sebagai penunjang penelitian yang kita
lakukan hendaknya dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Peneltian
tersebut relevan dengan penelitian yang kita lakukan. Relevan di sini adalah
relevan permasalahan dan variabelnya.
b. Perlu
dihindari terjadinya duplikasi penelitian yang mengarah pada plagiarisme.
c. Penelitian
yang digunakan bisa dari penelitian sendiri atau orang lain.
d. Bagian
penelitian yang diugunakan sebagai penunjang adalah pada bab V penelitian yaitu
pada kesimpulan.[4]
3.
Kerangka
Berpikir
Kerangka berpikir adalah alur berpikir
yang disusun secara singkat untuk menjelaskan bagaimana sebuah penelitian
tindakan kelas dilakukan dari awal, proses pelaksanaan, hingga akhir. Kerangka
berpikir atau kerangka pemikiran yang baik akan menjelaskan secara teoritis
pertautan antarvariabel yang akan diteliti. Pertautan antarvariabel tersebut
selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. oleh karena itu,
pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka
berpikir.[5]
Kerangka berpikir dapat disusun dalam
bentuk kalimat-kalimat atau digambarkan sebagai sebuah skema. Mengapa
diperlukan skema? Skema sangat membantu pembaca dalam memahami alur pikiran
peneliti tentang alasan penelitian, tindakan penelitan dan hasil yang
diharapkan setelah penelitian. Pada uraian kerangka berpikir dituliskan kondisi
awal kelas sebelum penelitian. Biasanya bercerita tentang rendahnya hasil belajar,
kreativitas dan sebagainya.[6]
Seorang peneliti harus menguasai
teori-teori ilmiah sebagai dasar bagi argumentasi dalam menyusun kerangka
pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran ini merupakan
penjelasan sementara terhadap gejala-gejala yang menjadi objek permasalahan. Berangkat
dari permasalahan, peneliti perlu melakukan tindakan guna menanggulangi
permasalahan tersebut. Diuraikan pula metode atau strategi yang dipilih, dan
berapa tindakan kali atau siklus yang akan dilakukan. Selanjutnya dijelaskan
juga tindakan-tindakan untuk tiap-tiap siklus secara garis besar. Pada alinea
penutup dituliskan harapan-harapan berdasarkan landasan teori dan
tindakan-tindakan yang telah dilakukan. Pada alinea ini dituliskan pula dugaan
yang mungkin terjadi setelah dilakukan tindakan-tindakan tiap-tiap siklus.[7]
Langkah-langkah membangun kerangka
penelitian atau paradigma penelitian, diantaranya:
a. Pahami
keadaan objek penelitian dengan cermat, sehingga dapat merumuskan masalah
penelitian yang jelas dan research question yang jelas pula.
b. Pahami
tujuan penelitian, dan tuliskan tujuan penelitian dengan rinci menjadi tujuan
umum dan tujuan khusus.
c. Pelajari
teori yang relevan, yang berhubungan dengan subjek penelitian Anda.
d. Pahami
konsep-konsep yang diuraikan dalam teori tersebut dengan cermat. Hal ini sangat
penting agar tidak membuat kekeliruan ketika menyusun kerangka fikir dan
menterjemahkan konsep menjadi variabel.
e. Pelajari
hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian Anda (tujuannya,
pendekatannya, sampling, variabel-variabel utama, instrumen penelitian, metode
analisa data, kesimpulan dan implikasinya).
f. Kembangkan
pengetahuan yang diperoleh berdasar keyakinan/pengetahuan peneliti sendiri,
untuk menyusun kerangka fikiran (kerangka konseptual) penelitian yang
diharapkan dapat menjawab research questions penelitian tersebut.[8]
Adapun langkah-langkah dalam menyusun
kerangka pemikiran, sebagai berikut:
a. Rumuskan
kondisi saat ini (sebelum PTK dilaksanakan), secara singkat.
b. Rumuskan
tindakan yang akan dilakukan, secara singkat.
c. Rumuskan
hasil akhir yang anda harapkan, juga secara singkat.
d. Susun
ketiga komponen di atas dalam sebuah paragraf yang padu.[9]
Sedangkan untuk menulis kerangka
berpikir dalam bentuk diagram langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Rumuskan
kondisi saat ini (sebelum PTK dilaksanakan), dalam bentuk poin-poin penting
dengan singkat.
b. Rumuskan
poin-poin penting tindakan yang akan dilakukan, secara singkat.
c. Rumuskan
poin-poin hasil akhir yang anda harapkan, juga secara singkat.
d. Rancang
sebuah diagram yang memuat poin-poin tersebut dengan alur.[10]
B. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan adalah dugaan
mengenai perubahan yang mungkin terjadi jika suatu tindakan dilakukan.
Hipotesis tindakan merupakan awaban sementara terhadap masalah yang dihadapi
sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk diteliti melalui
PTK.
Rumusan hipotesis tindakan memuat
tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan. Untuk
sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat, peneliti dapat mulai dengan
menimbang prosedur-prosedur yang mungkin dapat dilaksanakan agar perbaikan yang
diinginkan dapat dicapai sampai menemukan prosedur tindakan yang dianggap
tepat. Beberapa acuan penyusunan hipotesis tindakan dalam PTK, antara lain:
- Menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian
- Merupakan jawaban sementara dari kajian teori yang disusun oleh peneliti
- Merupakan jawaban sementara dari kerangka berpikir[11]
Alternatif perbaikan yang akan
ditempuh dirumuskan dalam bentuk
hipotesis tindakan yaitu dugaan mengenai perubahan perbaikan yang akan terjadi
jika suatu tindakan dilakukan. Jadi hipotesis
adalah alternatif yang diduga dapat memecahkan masalah yang ingin
diatasi dengan penyelenggaraan PTK.
Bentuk rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan rumusan hipotesis penelitian
formal. Jika hipotesis penelitian formal menyatakan adanya hubungan antara dua
kelompok atau lebih, maka hipotesis tindakan adalah dugaan guru tentang cara
terbaik untuk mengatasi masalah. Agar dapat
menyusun hipotesis tindakan dengan
tepat, guru sebagai peneliti perlu melakukan :
- Merefleksikan pengalaman sendiri sebagai guru.;
- Diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti dsb;
- Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang telah disampaikan dalam kegiatan ilmiah.;
- Kajian teoritik di bidang pelajaran pendidikan;
- Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan;
- Hasil kajian tersebut, dapat dijadikan landasan untuk membangun hipotesis.
Terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam merumuskan hipotesis tindakan.
- Rumusan alternatif tindakan perbaikan berdasarkan hasil kajian. Dengan kata lain, alternatif tindakan perbaikan hendaknya mempunyai landasan yang mantap secara konseptual.;
- Setiap alternatif tindakan perbaikan yag dipertimbangkan, perlu dikaji ulang dan dievaluasi dari segi relevansinya dengan tujuan, kelayakan teknis serta keterlaksanaannya. Disamping itu juga perlu ditetapkan cara penilaiannya sehingga dapat memfasilitasi pengumpulan serta analisis data secara cepat namun tepat, selama program perbaikan ini diimplementasikan.;
- Pilih alternatif tindakan serta prosedur implementasi yang dinilai paling menjanjikan hasil optimal, namun tetap ada dalam jangkauan kemampuan guru untuk melaksanaannya dalam kondisi dan situasi sekolah yang aktual.;
- Pikirkan dengan seksama perubahan-perubahan (baca : perbaikan-perbaikan) yang secara implisit dijanjikan melalui hipotesis tindakan itu, baik yang berupa proses dan hasil belajar siswa maupun teknik mengajar guru.[12]
Setelah diperoleh gambaran awal
hipotesis tindakan, maka selanjutnya perlu dilakukan pengkajian terhadap
kelayakan dari masing-masing hipotesis tindakan itu dari segi jarak antara
situasi nyata dengan situasi idel yang dijadikan rujukan. Oleh karena itu,
kondisi dan situasi yang diprasyaratkan untuk penyelenggaraan suatu tindakan
perbaikan dalam rangka PTK, harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga masih
dalam batas-batas kemampuan siswa. Dengan kata lain, sebagai aktor PTK guru
hendaknya cukup realistis dalam menghadapi kenyataan keseharian dunia sekolah
dimana ia berada dan melaksanakan tugasnya
Untuk melakukan tindakan agar
menghasilkan dampak/hasil sebagaimana yang diharapkan, diperlukan kelayakan
hipotesis tindakan terlebih dahulu. Menurut Soedarsono (1997), ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam mengkaji kelayakan hipotesis tindakan adalah
sebagai berikut ;
Implementasi suatu PTK akan berhasil,
apabila didukung oleh kemampuan dan komitmen guru yang merupakan aktornya.
Dipihak lain, untuk melaksanakan PTK kadang-kadang masih diperlukan peningkatan
kemampuan guru melalui berbagai bentuk pelatihan sebagai komponen penunjang.
Selain itu keberhasilan pelaksanaan PTK juga ditentukan oleh adanya komitmen
guru yang tergugah untuk melakukan tindakan perbaikan. Dengan kata lain, PTK
dilakukan bukan karena ditugaskan oleh atasan atau bukan karena didorong oleh
imbalan finansial.; Kemampuan siswa juga perlu diperhitungkan baik dari segi
fisik, psikologis, sosial dan budaya, maupun etik. Dengan kata lain seyogyanya
tidak dilaksanakan apabila diduga akan berdampak merugikan siswa.; Fasilitas
dan sarana pendukung yang tersedia di kelas atau di sekolah juga perlu
diperhitungkan. Sebab pelaksanaan PTK dengan mudah dapat terganggu oleh
kekurangan dukungan fasilitas penyelenggaraan. Oleh karena itu, demi keberhasilan
PTK, maka guru dituntut untuk dapat mengusahakan/memilih fasilitas dan sarana
yang diperlukan; Selain kemampuan siswa sebagai perseorangan, keberhasilan PTK
juga sangat tergantung pada iklim belajar di kelas atau di sekolah. Namun
pertimbangan ini tidak dapat diartikan sebagai kecendrungan untuk
mempertahankan status kuo. Dengan kata lain, perbaikan iklim di kelas dan di
sekolah justru dapat dijadikan sebagai salah satu sasaran PTK.; dan Karena
sekolah juga sebuah organisasi, maka selain iklim belajar sebagaimana dikemukan
di atas, iklim kerja sekolah juga menentukan keberhasilan penyelenggaraan PTK.
Dengan kata lain, dukungan dari kepala sekolah serta rekan-rekan sejawat guru,
dapat memperbesar peluang keberhasilan PTK.[13]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kajian
pustaka merupakan kerangka acuhan yang disusun berdasarkan kajian berbagai
aspek , baik secra teoretis maupun empiris yang mnumbuhkan gagasan dan
mendasari usulan penelitian tindakan kelas. Dasar dasar usulan penelitian
tindakan kelas tersebut dapat berasal dari temuan dan hasil penelitian
terdahulu yany terkait dan mendukung pilihan tindakan kelas.
Kerangka
berpikir adalah alur berpikir yang disusun secara singkat untuk menjelaskan
bagaimana sebuah penelitian tindakan kelas dilakukan dari awal , proses
pelaksanaan, hingga akhir. Kerangka berpikir dapat disusun dalam bentuk
kalimat-kalimat atau digambarkan sebagai sebuah diagram.
Hipotesis
pada dasarnya adalah kesimpulan sementara yang ditarik dari landasan teori atau
tinjauan pustaka. Kesimpulan demikian juga merupakan jawaban sementara terhadap
masalah yang diidentifikasikan. Hal ini sesuai dengan makna kata hipotesis
itu sendiri berasal dari kata hypo (kekurangan) dan thesis (dalil atau teori)
yang berarti teori sementara atau teori yang masih mungkin benar atau mungkin
salah. Dengan perkataan lain hipotesis adalah teori yang perlu dibuktikan
kebenarannya. Jika teori sementara itu dapat dibuktikan kebenarannya, maka ia
berubah menjadi tesis.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdurahman, Dudung. 2003. Pengantar Metode Penelitian.
Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta.
Erna
, Aries Febru dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Aditya Media
Publishing.
Kunandar.
2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jagakarsa: PT Rajagrafindo
Persada.
Sukardi.
2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Taniredja,
Tukiran dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Purwokerto: Alfabeta Bandung.
http://rizalensyamada.blogspot.com/2013/01/paradigma-dalam-penelitian-tindakan.html
(diakses pada tgl 29 Maret 2018).
[1] Kunandar, Langkah
Mudah Penelitian Tindakan Kelas (Jagakarsa: PT Rajagrafindo Persada, 2008),
90
[2] Sukardi, Metodologi
Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), 65
[3]
Ibid., 66
[4]
Aries
Febru Erna dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Malang: Aditya Media
Publishing. 2012), 73.
[5]
Tukiran Taniredja, dkk, Penelitian Tindakan Kelas (Purwokerto: Alfabeta
Bandung, 2010), 60.
[7] Ibid.
[9]http://rizalensyamada.blogspot.com/2013/01/paradigma-dalam-penelitian-tindakan.html
(diakses pada tgl 29 Maret 2018)
[10]
Ibid.
[11] Dudung
Abdurahman, Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: Kurnia Kalam
Semesta, 2003), 10.
[12] Ibid.,11.
[13] Ibid.,12-13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar